Perkembangan UI/UX Design Terhadap Digital Product

Pada kesempatan kali ini saya akan membahas mengenai Perkembangan Digital Design dan Pengaruhnya Terhadap Digital Product. Jadi Temen-temen udah cukup mengenal kata “digital design” dong? Atau se-enggaknya pernah denger kata itu lah. 

Tapi kalo belom pernah denger sama sekali juga gakpapa sih. Karena untuk mengawali journey kita di pembelajaran UI/UX ini, yang akan saya bagi jadi beberapa part. Saya bakal memulai dengan membahas digital design.

Perkembangan UI/UX Design Terhadap Digital Product
Ilustrasi Digital Design | Sumber Gambar (images.unsplash.com)
Apa itu digital design? Definisi sederhananya seperti ini:

“Digital design adalah semua jenis desain yang muncul di digital device, entah komputer atau smartphone; entah berbasis web, mobile ataupun desktop.”

Cukup bisa dimengerti definisi diatas kan? Setelah tahu sekilas mengenai digital design, mungkin ada pertanyaan yang muncul di benak temen-temen sekalian.

Seperti pertanyaan ini nih:
  1. Kapan digital design muncul?
  2. Kenapa harus ada digital design?
  3. Kenapa sekarang digital design makin dibutuhkan?

Ketiga pertanyaan diatas jawabannya berkaitan dengan perkembangan digital device. Kita bisa lihat, setiap bulan atau setiap minggu atau bahkan setiap hari ada aja digital device yang baru, terlebih smartphone.

Dengan banyaknya digital device, membuat kita pada akhirnya menjadi “akrab” dengan digital device. Kita jadi “lengket” banget sama komputer dan smartphone. Dengan adanya hubungan yang erat antara kita dengan digital device, membuat banyak aktivitas yang biasa kita lakukan tanpa digital device menjadi sepenuhnya butuh digital device.

Untuk menjawab pertanyaan pertama “Kapan digital design muncul?”, kita bisa berjalan mundur ke 1 dekade lalu. Pada saat inilah, kita mulai terbiasa mengakses website di komputer. Kita sering asyik mengakses website e-commerce dari beberapa startup.

Awalnya, website-website itu tidak didesain spesifik oleh seseorang yang mengerti dan memahami digital design atau web design. Yaa… karena memang belum ada orang yang spesifik memahami itu. Jadi yang mendesain websitenya kalo gak graphic designer yaa malah web developer.

Kalo graphic designer sih masih oke yaa, karena mereka sama-sama mendesain “sesuatu”, hanya saja mediumnya berbeda. Tapi kalo web developer kan kasian. Udah disuruh ngoding, disuruh mikirin desain pula.

Karena melihat kebutuhan web yang semakin tinggi, muncullah orang-orang yang spesifik mengerjakan web design, atau disaat itu, graphic designer lah yang berubah haluan dari print design ke web design.

Saat itu lah disebut sebagai The Beginning of Digital Design Era.

“Era dimana designer mulai merambah ke digital product, era dimana keilmuan mendesain digital product mulai bermunculan dan era dimana keilmuan IT mulai “berkolaborasi” dengan keilmuan desain.”

Selang beberapa tahun kemudian, muncul startup-startup baru dengan product yang berjalan khusus di digital device smartphone. Smartphone yang menjadi device yang mudah dibawa kemanapun, membuat apa saja yang ada didalamnya menjadi sangat mudah untuk diakses.

Hal tersebut makin mendorong banyak company untuk membangun product dan layanannya di digital device karena digital product terbukti mampu memberikan experience yang lebih baik. Proses mengakses digital product yang lebih mudah dan cepat menjadi point utamanya.

Pada saat inilah The Beginning of Digital Design Era mulai sepenuhnya masuk dan menjadi The Digital Design Era.

“Era dimana keilmuan mendesain digital product menjadi lebih spesifik sehingga muncul cabang keilmuan baru yang menyesuaikan dengan kebutuhan industri digital, salah satunya adalah keilmuan UI/UX design.”

Jika kita membandingkan graphic designer pada The Beginning of Digital Design Era dengan digital designer pada The Digital Design Era tentu sangatlah berbeda. Graphic designer mendesain product tanpa adanya interaksi dengan pengguna atau bisa dikatakan product yang mereka desain bersifat statis seperti brochure, majalah, cover buku, business card dan lain sebagainya.

Kemudian mereka “dipaksa” menjadi web designer yang mendesain website, yang dimana product tersebut memiliki interaksi dengan pengguna dan bersifat dinamis. Inilah kenapa website pada 1 dekade lalu tidak sebaik website pada tahun ini.

Karena mereka belum memahami bagaimana mendesain product dengan banyak interaksi, banyak aktivitas dan banyak kemungkinan yang bisa terjadi didalamnya.

“Digital designer mendesain product dengan memikirkan interaksi pengguna dan memikirkan banyak kemungkinan yang bisa terjadi ketika penggunanya melakukan suatu aktivitas tertentu.

Tapi!!! tidak semua product yang didesain oleh digital designer memiliki interaksi. Masih ada sebagian product yang mereka desain tanpa adanya interaksi pengguna namun tetap berjalan di digital device seperti banner ads, infographic dan graphic report berupa PDF.

Nah kalo kita lihat 3 contoh ini, kita tahu bahwa digital design masih punya kemiripan dengan graphic design, bahkan beberapa keilmuan graphic design juga masih diandalkan di keilmuan digital desain, seperti brand implementation dan typography atau pengaturan tulisan.

Selain itu kaidah yang diterapkan pun masih banyak yang sama, contohnya kaidah simplicity, mengedepankan sisi simplicity agar apa yang pengguna lihat adalah apa yang mereka butuhkan. Brand implementation.

Typoghraphy dan kaidah simplicity ini pun juga masih diandalkan di cabang keilmuan digital design yaitu UI/UX design.

“UI/UX design berfokus pada membangun digital product berupa aplikasi berbasis website, mobile ataupun desktop.”

Inilah yang membedakan digital design dengan UI/UX design. Pada UI/UX design, mereka tidak memikirkan membuat banner ads, graphic report PDF dan infographic, kecuali jika infographicnya menjadi salah satu content di aplikasi.

Digital product terus dan terus berkembang. Semakin hari semakin banyak aktivitas yang bisa dilakukan pada aplikasi di digital device. Semakin banyak startup yang mengeluarkan aplikasi dengan product dan layanan yang memenuhi kebutuhan dan keinginan kita.

Semakin banyak traditional company yang sadar bahwa aplikasi dibutuhkan, bahwa aplikasi membantu customer mereka dan bahwa aplikasi mampu menjawab kebutuhan bisnis. Dengan melihat perkembangan ini, tak heran, UI/UX design pun menjadi sangat diperhitungkan.

Kita bisa melihat beberapa data statistik dibawah ini untuk tahu kenapa kita harus memperhitungkan, memikirkan dan mengimplementasikan UI/UX design dalam membangun atau mengembangkan aplikasi.

“52% user tidak mengunjungi kembali website yang punya nilai estetika yang buruk.”
Sumber (koderlabs.com)

Ketahuilah statistik menunjukkan bahwa kita memiliki waktu hanya 8 detik untuk benar-benar meyakinkan user atau customer kita agar mereka stay di aplikasi dalam waktu yang lama. Jadi waktu 8 detik diawal mereka mengakses aplikasi akan menentukan apakah mereka akan tetap memakai aplikasi kita atau menutupnya dan beralih melakukan aktivitas lain.

Bahkan 53% user akan meninggalkan website hanya dalam waktu 3 detik karena estetika yang buruk dan 52% user mengatakan bahwa mereka tidak akan kembali ke website karena alasan tersebut.

Membangun atau mengembangkan aplikasi dengan menerapkan UI/UX design yang baik akan memberikan dampak positif bagi bisnis. Dampak positif ini berupa kepuasan yang dirasakan customer, meningkatnya penjualan dan meningkatnya Return on Investment (ROI).

Bahkan Forrester Research mengklaim bahwa setiap dolar yang diinvestasikan pada UX design bisa mengembalikan 100% ROI. Jadi gak bakal sia-sia hlo bagi suatu company menginvestasikan uangnya untuk UX design.

Selain itu, kita bisa melihat 5 keunggulan yang dituai bisnis karena menerapkan good UI/UX design. Kita bahas satu-satu yaa.

1. Mengurangi Biaya dan Waktu pada App Development
Pada awal proses mendesain UI/UX, designer berfokus pada melakukan beberapa research. Dengan melakukan research ini kita akan tahu apa saja fitur yang dibutuhkan, bagaimana behaviour user terhadap product dan detil desain lainnya yang akan menciptakan product yang baik dari awal digunakan hingga akhir tercapainya suatu goals.

Sehingga meminimalisasi kesalahan pada saat develop aplikasi karena kita sudah tahu betul apa fiturnya, bagaimana flownya, bagaimana layoutnya dan kebutuhan aplikasi lainnya. Tentu hal ini juga akan menghemat waktu.

Karena proses develop aplikasi tidak seperti asal mencoba, yang tidak diketahui percobaan tersebut akan berhasil atau tidak. Bayangkan saja jika sudah melakukan effort besar dan mengeluarkan banyak waktu untuk develop aplikasi, namun hasil akhir aplikasi tidak sesuai kebutuhan user atau kebutuhan bisnis. Maukah kita mendevelop aplikasi dari awal lagi?

2. Mengurangi Support Cost
Kalau aplikasi punya bad UI/UX design, bayangkan tim testing yang menemukan banyak kesalahan atau keburukan aplikasi dan bayangkan banyaknya pekerjaan tim business process untuk memproses ulang perbaikan aplikasi.

Semua pekerjaan yang mereka lakukan akibat dari bad UI/UX design dan support lainnya yang ditimbulkan karena masalah yang sama akan membengkakkan cost project. Ketika kita menerapkan UI/UX design yang baik, kita akan memikirkan semua yang berkaitan dengan aplikasi.

Hal ini akan mengurangi cost re-engineering atau re-development. Yang perlu dicatat adalah, UI/UX design tidak hanya memikirkan look atau tampilan aplikasi, tapi juga memikirkan functionality, usability dan masih banyak lagi.

3. Meningkatkan Profit
Seperti yang sudah Saya sampaikan sebelumnya, bahwa nilai estetika punya peranan penting untuk menarik customer dan membangkitkan ke-kepo-an mereka terhadap aplikasi. Hampir 75% user menempatkan penilaian mereka pada aspek desain aplikasi.

Aplikasi dengan good UI/UX design akan menghasilkan konversi dari good experience user, alhasil akan meningkatkan profit, customer acquisition, dan customer base. Hal-hal seperti seberapa cepat page dimuat, seberapa mudah layout aplikasi untuk dipahami, seberapa menarik kontennya dan seberapa pintar navigasinya.

Semua hal tersebut akan mempengaruhi kesuksesan aplikasi. Selain itu, user akan membayar berdasarkan kualitas. Sehingga jika kita punya serangkaian functionality yang keren dan dengan UI/UX design yang baik, user akan cenderung memilih aplikasi kita dan membayar dengan harga tinggi.

4. Menghasilkan Customer Retention
Karena UI/UX design adalah tentang melayani user, penting bagi designer untuk berpikir seolah-olah mereka adalah user. Oleh karena itu, designer membuat Customer Journey Map (CJM). CJM merupakan peta perilaku user yang mencakup representasi visual dan grafis perjalanan user melalui aplikasi.

Proses-proses ini dilakukan untuk memberikan positive dan good experience, sehingga user menjadi loyal dan menganggap aplikasi sebagai resource yang dapat mereka pakai ketika diperlukan.

5. Meningkatkan Produktivitas
Sebenarnya hal ini sangat subjektif, yang sepenuhnya tergantung pada company, bagaimana company memaksimalkan produktivitas melalui UI/UX design yang efektif. Namun umumnya, aplikasi yang memiliki desain berkinerja tinggi memungkinkan produktivitasnya menjadi tinggi pula.

Produktivitas yang tinggi ini hanya bisa terjadi ketika good UI/UX design mampu mendorong keterlibatan user, kemudian terkonversi ke penjualan serta memberikan kita kesempatan untuk mengembangkan aplikasi dengan fitur yang lebih lanjut. Pada intinya, UI/UX design membuat tim bisnis bisa fokus ke tujuan masa depan.

Nah sekarang sudah tahu kan betapa pentingnya UI/UX design bagi aplikasi jika kita melihat dari kacamata bisnis? Membangun aplikasi adalah tentang melayani user atau customer. Kita berharap user atau customer dapat terbantu dari aktivitas-aktivitasnya.

Bagi suatu company, sangat baik jika mampu membantu dan melayani customernya. Ini akan meningkatkan performa bisnis mereka. Jadi, semakin yakin kan untuk belajar UI/UX design?

Konsep UI/UX Design
Perkembangan UI/UX Design Terhadap Digital Product
UI Design dan UX Design Serta Perbedaannya | Sumber Gambar (jetorbit.com)
Menerapkan keilmuan UI/UX design dalam pembangunan dan pengembangan aplikasi bukanlah hal yang mudah. Banyak komponen yang harus dipikirkan. UI design dan UX design memiliki komponennya masing-masing yang saling berkaitan yang menunjang terbangunnya aplikasi good UI/UX design.

Banyaknya komponen pada UI/UX design membuat sebagian orang kebingungan mau belajar dari mana. Disini Saya akan mencoba mengarahkan temen-temen sekalian agar proses belajarnya lebih enak dan teratur, dimulai dengan memahami 7 konsep dasar UI/UX design.

Apa saja 7 konsep dasar tersebut? Check these out!

1. Visual Design
Visual design punya kontribusi besar untuk membangun good experience user. Karena user tidak akan melihat information architecture dari suatu aplikasi. Yang user lihat dan perhatikan adalah look visualnya.

Misalnya visual design di aplikasi mobile, user hanya memperhatikan apa yang ada di page aplikasi tersebut. User tidak perduli bagaimana proses data bisa tampil di aplikasi, tidak perduli bagaimana data diproses masuk dan atau keluar ke sistem. User hanya melihat hasil akhir yang tertampil di page-page aplikasi.

2. User Interface
Ketika kita melihat keseluruhan UI dan UX, kita sering bingung mana yang UI dan mana yang UX. Dan karena kebingungan itu, kita menerapkan UI dan UX secara bergantian. Cara paling gampang membedakannya adalah, UI berbicara tentang apa yang dilihat user dan bagaimana user berinteraksi.

Sedangkan UX banyak berbicara mengenai aspek sistem yang membangun experience user. UI punya peran penting agar user "betah" di aplikasi karena mengedepankan nilai estetika, nilai simplicity dan nilai-nilai lainnya yang sesuai dengan kaidah UI design.

3. Usability
Usability yang akan menentukan apakah aplikasi tergolong good atau bad, sukses atau gagal. Misalnya, user tidak bisa memakai aplikasi waktu pertama kali, selanjutnya mereka tidak akan menggunakannya lagi, karena buruknya usability aplikasi.

Pengalaman pertama user menggunakan aplikasi adalah hal utama untuk melihat apakah aplikasi kita punya usability yang baik. Jadi bangunlah aplikasi dengan tingkat usability yang baik dari awal digunakan hingga akhir tercapainya suatu goals.

4. Information Architecture
Information Architecture punya peranan penting agar user tahu dimana posisi mereka berada di suatu aplikasi. Information Architecture dibangun dengan membuat struktur aplikasi. Struktur ini berupa aktivitas-aktivitas yang dilakukan user atau flow suatu sistem.

Dengan membuat struktur ini akan mempermudah dan mempercepat user mencari serta mendapatkan informasi.

5. Functionality
Functionality membantu user mencapai goalsnya dengan cepat dan mudah. Setiap aplikasi memiliki fungsi dan caranya masing-masing untuk melakukan suatu aktivitas. Oleh karena itu fungsi aplikasi harus unik, harus menyesuaikan dengan aplikasinya, harus user-friendly.

Aplikasi dengan desain functionality yang baik dapat membantu perusahaan membangun atau membuat aplikasi dengan pengembangan aplikasi berbasis fitur.

6. Content
Content dapat meningkatkan aktivitas user di aplikasi. Content membuat user bisa saling terlibat atau berinteraksi satu sama lain. Content memberikan informasi yang penting bagi user. Content bisa berupa blog, podcast, media social atau informasi product. Content bisa memacu user untuk menganggap bahwa aplikasi yang kita bangun baik dan keren.

7. Interaction design
Interaction design adalah segala aktivitas berupa suatu action, klik atau scroll. Action apapun yang dilakukan user pada aplikasi. Dengan adanya interaksi yang baik, akan meningkatkan happy experience bagi user.

Sumber Referensi : yourstory