Konsep Tauhid Dalam Islam

Pembahasan mengenai Tauhid merupakan hal yang paling urgen dalam Agama Islam, dimana Tauhid mengambil peranan penting dalam membentuk pribadi-pribadi yang tangguh, selain juga sebagai inti atau akar daripada ‘Aqidah Islamiyah. 

Kalimat Tauhid atau lebih dikanal dengan kalimat Syahadat atau juga disebut Kalimah Thayyibah (Laailaahaillallah) begitu masyhur di kalangan umat Islam. Dalam kesehariannya, seorang muslim melafalkan kalimat tersebut dalam setiap shalat wajibnya yang lima waktu.

Namun rupanya saat ini pembahasan masalah 'Aqidah menjadi sesuatu yang terkesampingkan dalam kehidupan, kencenderungan masyarakat yang hedonis dengan persaingan hidup yang begitu ketat, sehingga urusan-urusan dunia menjadi suatu hal yang menyita perhatian manusia daripada hal-hal lainnya. 

Termasuk masalah keberagamaan sehingga kita dapatkan banyak sekali penyimpangan demi penyimpangan yang terjadi di tengah-tengah umat Islam, dengan keadaan yang semakin hari semakin buruk ini rupanya lambat laun akan menyadarkan kita semua akan pentingnya peran agama Islam.

Sebagai agama paripurna yang tidak mengatur urusan ukhrawi saja namun juga dalam mengatur urusan-urusan duniawi, yang menjadikan 'aqidah sebagai landasan berfikirnya.

PENGERTIAN TAUHID

Tauhid menurut bahasa artinya mengetahui dengan sebenarnya Allah itu Ada lagi Esa. Menurut istilah, tauhid ialah satu ilmu yang membentangkan tentang wujudullah (adanya Allah) dengan sifat-Nya yang wajib, mustahil dan jaiz (harus), dan membuktikan kerasulan para rasul-Nya. 

Dengan sifat-sifat mereka yang wajib, mustahil dan jaiz, serta membahas segala hujah terhadap keimanan yang berhubung dengan perkara-perkara sam’iyat, iaitu perkara yang diambil dari Al-Quran dan Hadis dengan yakin.

Sebahagian ulama mentakrifkan ilmu tauhid sebagai berikut:

"Ilmu tauhid ilmu yang menerangkan hukum-hukum syarak dalam bidang i’tiqad yang diperoleh dari dalil-dalil yang qat’i (pasti) yang berdasarkan ketetapan akal, Al-Quran dan Hadis."

Persoalan ‘Apa itu tauhid?’ seringkali dijawab dengan ayat-ayat yang bermaksud bahawa puncak kenyataan tauhid adalah ucapan kalimah syahadah, dan sering juga berlaku apabila jawapan itu diungkap tanpa sedikit pun mengetahui makna ucapan itu. 

Jika yang ditanya mempunyai lebih pengetahuan, maka padanya, Tuhan itu ialah yang menciptakan sendiri kerajaan-Nya, dan jawapan yang diberi akan berkait rapat dengan tauhid rububiyah sahaja.

Kalimah ‘laa ilaha illallah’ bermaksud tidak ada Tuhan selain Allah.Kalimah ini menunjukkan bahawa manusia tidak ada tempat bersandar, berlindung dan berharap kecuali Allah.Tidak ada yang menghidupkan dan mematikan, tiada yang memberi dan menolak melainkan Allah.

Zahirnya syariat menyuruh kita berusaha beramal, sedang hakikatnya syariat melarang kita menyandarkan diri pada amal usaha itu supaya tetap bersandar pada kurnia Allah.Konsep ini melahirkan konsep tawakkal, dimana selepas kita berusaha, tetap kita perlu kepada Allah.

Tauhid bukanlah sekadar ucapan ‘laa ilaha illallah’, walaupun ucapan tersebut merupakan sebahagian daripadanya. Tetapi tauhid itu adalah nama untuk pengertian yang agung dan ucapan yang mempunyai arti yang besar, lebih besar dari semua pengertian. 

Tauhid ialah pembebasan terhadap penyembahan kepada semua yang bukan kepada Allah dan penerimaan dengan hati serta pengibadahan kepada Allah semata.

PEMBAGIAN TAUHID

Dari hasil pengkajian terhadap dalil-dalil tauhid yang dilakukan para ulama sejak dahulu hingga sekarang, mereka menyimpulkan bahwa ada tauhid terbagi menjadi tiga: Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Al Asma Was Shifat.

TAUHID RUBUBIYAH

Rububiyah berasal dari perkataan rabb.Kalimah ini mempunyai beberapa pengertian seperti pemimpin, pemilik, penguasa dan pemelihara.Namun pengertian rububiyah tidak mencakupi semua yang di atas, dan sifat yang sempurna hanyalah milik Allah s.w.t. 

Rububiyah ialah tuhan yang mengatur segala sesuatu.Maka tauhid rububiyah berkisar mengenai cara-cara seorang hamba mengesakan Allah sebagai tuhan yang satu dalam konteks Tuhan yang menguruskan keperluan-keperluannya.

Tauhid Rububiyah bermaksud Allah ialah Tuhan pengatur segala sesuatu, Dia pemiliknya, Dia pencipta aturannya dan pemberi rezekinya. Sesungguhnya Dia yang menghidupkan, yang mematikan, yang memberi manfaat, yang mendatangkan hukum mudarat dan Dia menerima doa terutama dalam kesukaran. 

Semua perkara adalah bagi-Nya, ditangan-Nya terletak seluruh kebaikan, Dia berkuasa atas apa sahaja yang Dia kehendaki dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam hal ini, termasuklah qada’ dan qadar seseorang. Semua hamba-Nya berhajat kepada Allah sahaja.

TAUHID ULUHIYAH

Jika rububiyah berasal dari perkataan rabb yang bermaksud Tuhan yang mengatur alam dan segala isi-isinya, uluhiyah pula berasal dari perkataan ilah yang bermaksud Tuhan yang patut disembah. Maka dari itu terbitlah pengertian bahawa tauhid uluhiyah ialah mengesakan Allah sebagai tuhan yang satu dalam konteks ikhlas beribadah kepada-Nya.

Tauhid Uluhiyah adalah peng-Esaan Allah dalam ketuhanan.Ketauhidan ini dibina atas dasar ikhlas kerana Allah semata-mata, bersama rasa cinta, takut, mengharap, tawakal, gemar dan hormat secara menyeluruh hanya kepada Allah.

Tauhid uluhiyah itu mengesakan Allah dalam ketuhanan, kerana dasar aqidahnya dibangun atas keikhlasan bertuhan.Dan dalam mendapatkan keikhlasan itu perlu pula kepada cinta yang amat sangat kepada Rabbul Izzah Allah Maha Esa.

TAUHID AL ASMA WA SHIFAT

Asma adalah jama’ kepada kata ism.Oleh itu asma bermaksud nama-nama. Tauhid asma wa sifat (nama-nama dan sifat) adalah pengesaan Allah melalui nama-nama dan sifat-Nya. Dengan lebih terperinci, tauhid asma wa sifat ialah beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-Nya, sebagaimana yang diterangkan dalam Al-Qur'an dan Sunnah Rasul-Nya menurut apa yang sesuai bagi Allah s.w.t.

Tanpa ta'wil dan ta'thil(menafikan), tanpa takyif (mempersoalkan) dan tamtsil (menyerupakan). Boleh juga dikatakan bahawa tauhid ini adalah beriman bahwa Allah memiliki nama dan sifat baik (asma ul-husna) yang sesuai dengan keagungan-Nya. Umat Islam mengenal 99 asma ul-husna yang merupakan nama sekaligus sifat Allah.

KONSEP KETUHANAN

Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh manusia.Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). 

Kata ilaah (tuhan) di dalam Al-Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu  Allah, dan selain Allah. Subjektif (hawa nafsu) dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda seperti : patung, pohon, binatang, dan lain-lain dapat pula berperan sebagai ilah.

Sebelum turun Al-Quran dikalangan masyarakat Arab telah menganut konsep tauhid (monoteisme). Allah sebagai Tuhan mereka.Hal ini diketahui dari ungkapan-ungkapan yang mereka cetuskan, baik dalam do’a maupun acara-acara ritual. 

Abu Thalib, ketika memberikan khutbah nikah Nabi Muhammad dengan Khadijah (sekitar 15 tahun sebelum turunya Al-Quran) ia mengungkapkan kata-kata Alhamdulillah. (Lihat Al-Wasith,hal 29). Adanya nama Abdullah (hamba Allah) telah lazim dipakai di kalangan masyarakat Arab sebelum turunnya Al-Quran.

Keyakinan akan adanya Allah, kemaha besaran Allah, kekuasaan Allah dan lain-lain, telah mantap. Dari kenyataan tersebut timbul pertanyaan apakah konsep ketuhanan yang dibawakan Nabi Muhammad?Pertanyaan ini muncul karena Nabi Muhammad dalam mendakwahkan konsep ilahiyah mendapat tantangan keras dari kalangan masyarakat. 

Jika konsep ketuhanan yang dibawa Muhammad sama dengan konsep ketuhanan yang mereka yakini tentu tidak demikian kejadiannya.

Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu berarti orang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru laik dinyatakan bertuhan kepada Allah jika ia telah memenuhi segala yang dimaui oleh Allah. 

Atas dasar itu inti konsep ketuhanan Yang Maha Esa dalam Islam adalah memerankan ajaran Allah yaitu Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan berperan bukan sekedar Pencipta, melainkan juga pengatur alam semesta.

KONSEP KEESAAN

Tauhid atau pengesaan Allah memainkan peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Tauhid menjadi pemancar kebaikan didunia dan keselamatan diakhirat.Kadar keselamatan diakhirat. Kadar keselamatan manusia di akhirat berbanding lurus dengan keyakinan dalam bertauhid.

Begitu pula halnya dengan keridhoan Allah di dunia dan di akhirat.Dunia adalah etmpat pengujian dan akhirat adalah tempat pembalasan. Bertolak dari sini, tauhid di dunia ini tidak tampak dengan wajah yang sesungguhnya sebagai parameter final dan pasti bagi diterima atau ditolaknya semua amal perbuatan manusia.

Bukankah cukup banyak orang-orang Musryk yang menempuh berbagai jalan menuju keberhasilan materi di dunia dan berhasil mencapainya? Bukankah cukup banyak pula orang-orang ateis yang menyingkap rahasia materis dan menjadikannya sebagai alat meraih kemajuan dan berhasil.

Namun, diakhirat kelak, mereka ini tidak mempunyai timbangan amal kebaikan sedikitpun; usaha mereka ini di dunia ini tidak bernilai sama sekali. Penolakan atas tauhid menjadikan semua amal kebaikan di dunia tidak memiliki nilai dan harga. Bahkan, amal-amal kebaikan itu justru akan memberikan aib bagi para pelakunya jika mereka tidak mentauhidkan Allah.

Ketentuan ini berlaku di akhirat dan tidak di dunia, karena dunia ini adalah tempat ujian dan cobaan.Sekiranya Allah memaksa semua manusia untuk bertauhid dan beriman, pastilah ujian atas mereka ini tidak sah, dan kebebasan mereka pun tidak dilindungi. Dengan demikian, hikmah penciptaan dunia ini pun hilang dengan sendirinya. 

Yakni hikmah pengujian itu Allah berfirman:

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
(Qs 67:2)

Jadi, tauhid atau keesaan Allah merupakan hakikat terpenting (raison d’etre) bagi keberadaan manusia, baik dalam kehidupan di dunia maupun di hari perhitungan; atau di alam akhirat yang dilanjutkan dengan kehidupan surga atau di neraka.

BUKTI – BUKTI ADANYA TUHAN

Rasa manis bisa diketahui dengan perantaraan pengecap, akan tetapi pengecap tidak mampu mengetahui sesuatu yang mengeluarkan bau harum dan yang menampilkan warna. Dengan perantaran alat peraba diketahui material yang dingin dan yang panas, tetapi alat peraba tidak mampu mengetahui adanya suara suara yang jauh. 

Daya tangkap manusia yang lebih jauh dan itu adalah pendengaran, tetapi apa yang mampu ditangkap dan diketahui hanyalah suara- suara yang memasuki liang telinganya. Pendengaran tidak dapat menangkap dan mengetahui selain dari itu. 

Demikian pula penglihatan ada bidang tugas yang terbatas yakni dapat melihat sesuatu dengan perantaraan mata. Penglihatan yang jelas bisa membedakan mana yang putih dan mana yang hitam, mana yang jelek dan mana yang bagus. 

Penglihatan tidak bisa mengerti bunyi suara, walaupun suara tersebut sangat jelas, karena bukan bidang tugasnya. Demikian juga zat Allah SWT. tidak dapat dijangkau dengan panca indera karena Dia tidak bisa diraba dan diketahui dengan panca indera. Tuhan dapat diketahui dan dilihat melalui akal pikiran yang sehat.

Imam Abu Hanifah membuktikan kekuasaan Allah dengan adanya bermacam macam ragam kehendak manusia, tetapi kadang-kadang kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang direncanakan. Hal ini membuktikan adanya kekuasaan yang Maha Tinggi, yang menguasai diri kita. 

Imam Malik membuktikan kekuasaan Allah dengan adanya manusia yang beragam-ragam bentuk, rupa, kulit, suara, kemauan dan lain-lain. Namun tidak ada yang serupa. Kalau dipikirkan tentu ada yang mengaturnya di luar batas kemampuan manusia, yaitu Zat Yang Maha Kuasa, yakni Allah SWT.

Kesimpulan

Dari yang telah teruraikan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa tauhid merupakan inti pokok agama islam sebagai pengakuan umat islam terhadap pencipta yang mutlak dan tidak ada yang dituju selainya.Untuk itu dalam firman Allah dan sabda Nabi Muhammad SAW dikatakan :

Rosullullah bersabda :

“orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman(syirik), mereka itulah oarng yang mendapat keamanan. Mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” 
(QS. Al-An-nam:82)

“Allah ta’ala berfirman, “Wahai anak Adam, seandainya enkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa sepenuh jagad, lantas engkau menemuiku dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku dengan suatu apa pun, maka Aku akan memberimu ampunan sepenuh jagad itu pula,” 
(HR.Tirmidzi 3540)

Penutup

Semoga setelah mempelajari dan memahami pembahasan ini kita dapat mengambil hikmah betapa pentingnya ajaran tauhid ini bagi umat islam dan merupakan faktor terpenting untuk mengembalikan kejayaan islam pada umat ini. Untuk itu, kita sebagai generasi penerus perjuangan Islam harus berusaha sekuat tenaga untuk mengimplementasikan konsep tauhid dalam semua segi kehidupan kita.

Pada akhirnya kita berharap dan berdo'a kepada Allah SWT supaya mengembalikan kejayaan ummat ini dengan konsep tauhid yang kita amalkan. Demikian artikel mengenai Konsep Tauhid Dalam Islam, semoga informasi yang diberikan bermanfaat.

Sumber Referensi 

http://sitimathoyah.blog.unissula.ac.id/
http://ms.wikipedia.org/wiki/Tauhid
https://sites.google.com/site/ujppai/materi-kuliah/materi-03
http://islamiyah.wordpress.com/2007/03/25/keesaan-allah/