Pada saat data terkirim dari suatu komputer ke komputer yang lain di dalam internet, data itu akan melewati sejumlah komputer yang lain yang berarti akan memberi kesempatan pada user tersebut untuk mengambil alih satu atau beberapa komputer.
Kecuali suatu komputer terkunci di dalam suatu ruangan yang mempunyai akses terbatas dan komputer tersebut tidak terhubung ke luar dari ruangan itu, maka komputer tersebut akan aman.
Definisi dari keamanan informasi menurut G. J. Simons adalah bagaimana kita dapat mencegah penipuan (cheating) atau, paling tidak, mendeteksi adanya penipuan di sebuah sistem yang berbasis informasi, dimana informasinya sendiri tidak memiliki arti fisik.
Permasalahan pokok sebenarnya dalam hal keamanan sistem informasi terletak pada kelemahan dan ancaman atas sistem informasi yang pada gilirannya masalah tersebut akan berdampak kepada resiko dan pada gilirannya berdampak kepada 7 hal yang utama dalam sistem informasi yaitu :
- Efektifitas
- Efisiensi
- Kerahaasiaan
- Integritas
- Keberadaan
- Kepatuhan
- Keandalan
Dasar-dasar dari keamanan informasi, meliputi:
Tujuan
- Menjaga keamanan sumber-sumber informasi , disebut dengan Manajemen Pengamanan Informasi (information security management-ISM)
- Memelihara fungsi-fungsi perusahaan setelah terjadi bencana atau pelanggaran keamanan, disebut dengan Manajemen Kelangsungan Bisnis (business continuity management-BCM).
Akan menunjuk sekelompok khusus pegawai sebagai bagian keamanan sistem informasi perusahaan. (corporate information systems security officer-CISSO), atau bagian penjamin informasi perusahaan (corporate information assurance officer-CIAO).
Adapun tujuan keamanan Informasi menurut Garfinkel, antara lain:
1. Kerahasiaan/ Privacy
2. Ketersediaan/ Availability
3. Integritas/ Integrity
4. Autentikasi/ Authentication
5. Access Control
6. Non-repudiation
Menjaga agar seseorang tidak dapat menyangkal telah melakukan sebuah transaksi.
Jumlah kejahatan komputer (computer crime), terutama yang berhubungan dengan sistem informasi akan terus meningkat dikarenakan beberapa hal:
KELEMAHAN/ ANCAMAN
Beberapa cara dalam melakukan serangan, antara lain:
1. Sniffing
2. Spoofing
3. Man-in-the-middle
4. Menebak password
1. Ancaman Alam
2. Ancaman Manusia
3. Ancaman Lingkungan
Aspek ancaman keamanan komputer atau keamanan sistem informasi
Macam-macam resiko tersebut dapat berupa:
1. Pengungkapan dan pencurian
2. Penggunaan secara tidak sah
3. Pengrusakan secara tidak sah dan penolakan pelayanan
4. Modifikasi secara tidak sah
PENGENDALIAN
1. Kontrol Administratif
Kontrol ini mencakup hal-hal berikut:
2. Kontrol Pengembangan dan Pemeliharaan Sistem
3. Kontrol Operasi
Termasuk dalam kontrol ini:
4. Proteksi Fisik terhadap Pusat Data Faktor lingkungan
5. Kontrol Perangkat Keras
Sistem fault-tolerant dapat diterapkan pada lima level, yaitu pada
6. Kontrol Akses terhadap Sistem Komputer
7. Kontrol terhadap akses informasi
Dua teknik yang popular untuk melakukan enskripsi yaitu DES dan public-key encryption
8. Kontrol terhadap Bencana
9. Kontrol Terhadap Perlidungan Terakhir
10. Kontrol Aplikasi
Metodologi Keamanan Sistem Informasi
Keamanan level 0
Keamanan level 1
Meliputi database, data security, keamanan dari PC itu sendiri, device, dan application.
Keamanan level 2
Keamanan level 3
1. Desain sistem
2. Aplikasi yang Dipakai
3. Manajemen
4. Manusia (Administrator)
STRATEGI DAN LANGKAH PENGAMANAN
Strategi dan taktik keamanan sistem informasi yang dimaksud, meliputi:
1. Keamanan fisik
2. Kunci Komputer
3. Keamanan BIOS
Untuk mencegah orang lain me-reboot ulang komputer kita dan memanipulasi sisten komputer kita.
4. Mendeteksi Gangguan Keamanan Fisik
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah pada saat komputer akan direboot.
Langkah keamanan sistem informasi
1. Aset
2. Analisis Resiko
3. Perlindungan
4. Alat
5. Prioritas
Adapun tujuan keamanan Informasi menurut Garfinkel, antara lain:
1. Kerahasiaan/ Privacy
Inti utama aspek privacy atau confidentiality adalah usaha untuk menjaga informasi dari orang yang tidak berhak mengakses. Privacy lebih kearah datadata yang sifatnya privat sedangkan confidentiality biasanya berhubungan dengan data yang diberikan ke pihak lain untuk keperluan tertentu (misalnya sebagai bagian dari pendaftaran sebuah servis) dan hanya diperbolehkan untuk keperluan tertentu tersebut.
Agar data dan informasi perusahaan tersedia bagi pihak-pihak yang memiliki otoritas untuk menggunakannya.
3. Integritas/ Integrity
Aspek ini menekankan bahwa informasi tidak boleh diubah tanpa seijin pemilik informasi. Adanya virus, trojan horse, atau pemakai lain yang mengubah informasi tanpa ijin merupakan contoh masalah yang harus dihadapi.
Sebuah e-mail dapat saja “ditangkap” di tengah jalan, diubah isinya kemudian diteruskan ke alamat yang dituju. Dengan kata lain, integritas dari informasi sudah tidak terjaga. Penggunaan enkripsi dan digital signature, misalnya, dapat mengatasi masalah ini.
4. Autentikasi/ Authentication
Berhubungan dengan metoda untuk menyatakan bahwa informasi betul-betul asli, orang yang mengakses atau memberikan informasi adalah betul-betul orang yang dimaksud, atau server yang dihubungi adalah betul-betul server yang asli. Authentication biasanya diarahkan kepada orang (pengguna), namun tidak pernah ditujukan kepada server atau mesin.
5. Access Control
Berhubungan dengan cara pengaturan akses kepada informasi. Hal ini biasanya berhubungan dengan klasifikasi data (public, private, confidential, top secret) dan user (guest, admin, top manager) mekanisme authentication dan juga privacy.
6. Non-repudiation
Menjaga agar seseorang tidak dapat menyangkal telah melakukan sebuah transaksi.
Jumlah kejahatan komputer (computer crime), terutama yang berhubungan dengan sistem informasi akan terus meningkat dikarenakan beberapa hal:
- Aplikasi bisnis berbasis teknologi informasi dan jaringan komputer semakin meningkat.
- Desentralisasi server sehingga lebih banyak sistem yang harus ditangani dan membutuhkan lebih banyak operator dan administrator yang handal.
- Semakin kompleksnya sistem yang digunakan, seperti semakin besarnya program (source code) yang digunakan sehingga semakin besar probabilitas terjadinya lubang keamanan.
- Semakin banyak perusahaan yang menghubungkan sistem informasinya dengan jaringan komputer yang global seperti internet..
- Transisi dari single vendor ke multi-vendor sehingga lebih banyak yang harus dimengerti dan masalah interoperability antar vendor yang lebih sulit ditangani.
- Meningkatnya kemampuan pemakai di bidang komputer sehingga mulai banyak pemakai yang mencoba-coba bermain atau membongkar sistem yang digunakannya.
- Kesulitan dari penegak hukum untuk mengejar kemajuan dunia komputer dan telekomunikasi yang sangat cepat. Begitu pentingnya nilai sebuah informasi menyebabkan seringkali informasi diinginkan hanya boleh diakses oleh orang-orang tertentu, karena jatuhnya informasi ke tangan pihak lain dapat menimbulkan kerugian bagi pemilik informasi itu sendiri.
KELEMAHAN/ ANCAMAN
Cacat atau kelemahan dari suatu sistem yang mungkin timbul pada saat mendesain, menetapkan prosedur, mengimplementasikan maupun kelemahan atas sistem kontrol yang ada sehingga memicu tindakan pelanggaran oleh pelaku yang mencoba menyusup terhadap sistem tersebut.
Kelemahan tersebut dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab seperti gangguan /serangan:
- Untuk mendapatkan akses (access attacks) Berusaha mendapatkan akses ke berbagai sumber daya komputer atau data/informasi
- Untuk melakukan modifikasi (modification attacks) Didahului oleh usaha untuk mendapatkan akses, kemudian mengubah data/informasi secara tidak sah
- Untuk menghambat penyediaan layanan (denial of service attacks) Berusaha mencegah pemakai yang sah untuk mengakses sebuah sumber daya atau informasi Menghambat penyediaan layanan dengan cara mengganggu jaringan komputer
Beberapa cara dalam melakukan serangan, antara lain:
1. Sniffing
Memanfaatkan metode broadcasting dalam LAN, membengkokkan aturan Ethernet, membuat network interface bekerja dalam mode promiscuousn. Cara pencegahan dengan pendeteksian sniffer (local & remote) dan penggunaan kriptografi
2. Spoofing
Memperoleh akses dengan acara berpura-pura menjadi seseorang atau sesuatu yang memiliki hak akses yang valid, Spoofer mencoba mencari data dari user yang sah agar bisa masuk ke dalam sistem. Pada saat ini, penyerang sudah mendapatkan username & password yang sah untuk bisa masuk ke server
3. Man-in-the-middle
Membuat client dan server sama-sama mengira bahwa mereka berkomunikasi dengan pihak yang semestinya (client mengira sedang berhubungan dengan server, demikian pula sebaliknya)
- Dilakukan secara sistematis dengan teknik brute-force atau dictionary ( mencoba semua kemungkinan password )
- Teknik dictionary: mencoba dengan koleksi kata-kata yang umum dipakai, atau yang memiliki relasi dengan user yang ditebak (tanggal lahir, nama anak, dan sebagainya)
Ancaman adalah aksi yang terjadi baik dari dalam sistem maupun dari luar sistem yang dapat mengganggu keseimbangan sistem informasi. Ancaman tersebut berasal dari individu, organisasi, mekanisme, atau kejadian yang memiliki potensi untuk menyebabkan kerusakan pada sumber-sumber informasi perusahaan.
Dan pada kenyataannya, ancaman dapat terjadi dari internal, eksternal perusahaan serta terjadi secara sengaja atau tidak sengaja Berdasarkan hasil survey menemukan 49% kejadian yang membahayakan keamanan informasi dilakukan pengguna yang sah dan diperkirakan 81 %
kejahatan komputer dilakukan oleh pegawai perusahaan. Hal ini dikarenakan ancaman dari intern perusahaan memiliki bahaya yang lebih serius dibandingkan yang berasal dari luar perusahaan dan untuk kontrol mengatasinya/ menghadapi ancaman internal dimaksudkan dengan memprediksi gangguan keamanan yang mungkin terjadi.
Sementara untuk kontrol ancaman yang besumber dari eksternal perusahaan baru muncul/ mulai bekerja jika serangan terhadap keamanan terdeteksi. Namum demikian tidak semuanya ancaman berasal dari perbuatan yang disengaja, kebanyakan diantaranya karena ketidaksengajaan atau kebetulan, baik yang berasal dari orang di dalam maupun luar perusahaan.
Timbulnya ancaman sistem informasi juga dimungkinkan oleh kemungkin timbul dari kegiatan pengolahan informasi berasal dari 3 hal utama, yaitu :
1. Ancaman Alam
- Ancaman air, seperti : Banjir, Stunami, Intrusi air laut, kelembaban tinggi,badai, pencairan salju
- Ancaman Tanah, seperti : Longsor, Gempa bumi, gunung meletus
- Ancaman Alam lain, seperti : Kebakaran hutan, Petir, tornado, angin ribut
2. Ancaman Manusia
3. Ancaman Lingkungan
Menurut sifatnya ancaman terhadap sistem informasi terdiri dari ancaman aktif. Ancaman aktif dapat berupa penyelewengan aktivitas, penyalahgunaan kartu kredit, kecurangan dan kejahatan komputer, pengaksesan oleh orang yang tidak berhak, sabotase maupun perogram yang jahil, contoh virus,torjan,cacing,bom waktu dan lain-lain.
Sedangkan ancaman pasif berupa kesalahan manusia, kegagalan sistem maupun bencana alam dan politik. Besar kecilnya suatu ancaman dari sumber ancaman yang teridentifikasi atau belum teridentifikasi dengan jelas tersebut, perlu di klasifikasikan secara matriks ancaman sehingga kemungkinan yang timbul dari ancaman tersebut dapat di minimalisir dengan pasti.
Setiap ancaman tersebut memiliki probabilitas serangan yang beragam baik dapat terprediksi maupun tidak dapat terprediksikan seperti terjadinya gempa bumi yang mengakibatkan sistem informasi mengalami mall function.
Aspek ancaman keamanan komputer atau keamanan sistem informasi
- Interruption -> informasi dan data yang ada dalam sistem komputer dirusak dan dihapus sehingga jika dibutuhkan, data atau informasi tersebut tidak ada lagi.
- Interception -> informasi yang ada disadap atau orang yang tidak berhak mendapatkan akses ke komputer dimana informasi tersebut disimpan.
- Modifikasi -> orang yang tidak berhak berhasil menyadap lalu lintas informasi yang sedang dikirim dan diubah sesuai keinginan orang tersebut.
- Fabrication -> orang yang tidak berhak berhasil meniru suatu informasi yang ada sehingga orang yang menerima informasi tersebut menyangka informasi tersebut berasal dari orang yang dikehendaki oleh si penerima informasi tersebut.
RESIKO
Dengan mengetahui ancaman dan kelemahan pada sistem informasi terdapat beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam masalah keamanan sistem informasi yang dikenal dengan 10 domain, yaitu :
- Akses kontrol sistem yang digunakan
- Telekomunikasi dan jaringan yang dipakai
- Manajemen praktis yang di pakai
- Pengembangan sistem aplikasi yang digunakan
- Cryptographs yang diterapkan
- Arsitektur dari sistem informasi yang diterapkan
- Pengoperasian yang ada
- Busineess Continuity Plan (BCP) dan Disaster Recovery Plan (DRP)
- Kebutuhan Hukum, bentuk investigasi dan kode etik yang diterapkan
- Tata letak fisik dari sistem yang ada
Kesepuluh domain tersebut dimaksudkan sebagai antisipasi resiko keamanan informasi yaitu hasil yang tidak diinginkan akibat terjadinya ancaman dan gangguan terhadap keamanan informasi. Semua risiko mewakili aktivitasaktivitas yang tidak sah atau di luar dari yang diperbolehkan perusahaan.
Macam-macam resiko tersebut dapat berupa:
1. Pengungkapan dan pencurian
Ketika database dan perpustakaan perangkat lunak dapat diakses oleh orang yang tidak berhak.
2. Penggunaan secara tidak sah
Terjadi ketika sumber daya perusahaan dapat digunakan oleh orang yang tidak berhak menggunakannya, biasa disebut hacker.
3. Pengrusakan secara tidak sah dan penolakan pelayanan
Penjahat komputer dapat masuk ke dalam jaringan komputer dari komputer yang berada jauh dari lokasi dan menyebabkan kerusakan fisik, seperti kerusakan pada layar monitor, kerusakan pada disket, kemacetan pada printer, dan tidak berfungsinya keyboard.
4. Modifikasi secara tidak sah
Perubahan dapat dibuat pada data-data perusahaan, informasi, dan perangkat lunak. Beberapa perubahan tidak dapat dikenali sehingga menyebabkan pengguna yang ada di output system menerima informasi yang salah dan membuat keputusan yang salah.
Tipe modifikasi yang paling dikhawatirkan adalah modifikasi disebabkan oleh perangkat lunak yang menyebabkan kerusakan, biasanya dikelompokkan sebagai virus.
Pengendalian yang dimaksud adalah sejauh mana pengendalian keamanan sistem informasi memiliki peran dalam mencegah dan mendeteksi adanya kesalahan-kesalahan . Kontrol-kontrol untuk pengamanan sistem informasi antara lain:
1. Kontrol Administratif
Kontrol ini mencakup hal-hal berikut:
- Mempublikasikan kebijakan kontrol yang membuat semua pengendalian sistem informasi dapat dilaksanakan dengan jelas dan serius oleh semua pihak dalam organisasi.
- Supervisi terhadap para pegawai, termasuk pula cara melakukan kontrol kalau pegawai melakukan penyimpangan terhadap yang diharapkan.
- Pemisahan tugas-tugas dalam pekerjaan dengan tujuan agar tak seorangpun yang dapat menguasai suatu proses yang lengkap. Sebagai contoh, seorang pemrogram harus diusahakan tidak mempunyai akses terhadap data produksi (operasional) agar tidak memberikan kesempatan untuk melakukan kecurangan.
- Prosedur yang bersifat formal dan standar pengoperasian disosialisasikan dan dilaksanakan dengan tegas. Termasuk hal ini adalah proses pengembangan sistem, prosedur untuk backup, pemulihan data, dan manajemen pengarsipan data.
- Perekrutan pegawai secara berhati-hati yang diikuti dengan orientasi pembinaan, dan pelatihan yang diperlukan.
2. Kontrol Pengembangan dan Pemeliharaan Sistem
Dibutuhkan peran auditor sistem informasi, dengan dilibatkannya dari masa pengembangan hingga pemeliharaan sistem, untuk memastikan bahwa sistem benar-benar terkendali, termasuk dalam hal otorisasi pemakai sistem. Aplikasi dilengkapi dengan audit trail sehingga kronologi transaksi mudah untuk ditelusuri
Termasuk dalam kontrol ini:
- Pembatasan akan akses terhadap data
- Kontrol terhadap personel pengoperasi
- Kontrol terhadap peralatan
- Kontrol terhadap penyimpanan arsip
- Pengendalian terhadap virus
- Proteksi fisik terhadap pusat data
- Faktor lingkungan yang menyangkut suhu, kebersihan, kelembaban udara, bahaya banjir, dan keamanan fisik ruangan perlu diperhatikan dengan benar.
4. Proteksi Fisik terhadap Pusat Data Faktor lingkungan
Yang menyangkut suhu, kebersihan, kelembaban udara, bahaya banjir, dan keamanan fisik ruangan perlu diperhatikan dengan benar.
- Untuk mengatisipasi kegagalan sistem komputer, terkadang organisasi menerapkan sistem komputer yang berbasis fault-tolerant (toleran terhadap kegagalan).
- Pada sistem ini, jika komponen dalam sistem mengalami kegagalan maka komponen cadangan atau kembarannya segera mengambil alih peran komponen yang rusak
5. Kontrol Perangkat Keras
Sistem fault-tolerant dapat diterapkan pada lima level, yaitu pada
- komunikasi jaringan, toleransi kegagalan terhadap jaringan dilakukan dengan menduplikasi jalur komunikasi dan prosesor komunikasi.
- prosesor, redundasi prosesor dilakukan (1 antara lain dengan teknik watchdog procesWr, yang akan mengambil alih prosesor yang bermasalah.
- penyimpan eksternal,terhadap kegagalan pada penyimpan eksternal antara lain dilakukan melalui disk memoring atau disk shadowing, yang menggunakan teknik dengan menulis seluruh data ke dua disk secara pararel. Jika salah satu disk mengalami kegagalan, program aplikasi tetap bisa berjalan dengan menggunakan disk yang masih baik.
- catu daya, toleransi kegagalan pada catu daya diatasi melalui UPS.
- transaksi, toleransi kegagalan pada level transaksi ditanganimelalui mekanisme basis data yang disebut rollback, yang akan mengembalikan ke keadaan semula yaitu keadaan seperti sebelum transaksi dimulai sekiranya di pertengahan pemrosesan transaksi terjadi kegagalan.
6. Kontrol Akses terhadap Sistem Komputer
- Sistem-sistem yang lebih maju mengombinasikan dengan teknologi lain.
- Teknologi yang lebih canggih menggunakan sifat-sifat biologis manusia yang bersifat unik, seperti sidik jari dan retina mata, sebagai kunci untuk mengakses sistem
- Pada sistem yang terhubung ke Internet, akses Intranet dari pemakai luar (via Internet) dapat dicegah dengan menggunakan firewall. Firewall dapat berupa program ataupun perangkat keras yang memblokir akses dari luar intranet.
- Ada kemungkinan bahwa seseorang yang tak berhak terhadap suatu informasi berhasil membaca informasi tersebut melalui jaringan (dengan menggunakan teknik sniffer. Untuk mengantisipasi keadaan seperti ini, alangkah lebih baik sekiranya informasi tersebut dikodekan dalam bentuk yang hanya bisa dibaca oleh yang berhak
7. Kontrol terhadap akses informasi
Dua teknik yang popular untuk melakukan enskripsi yaitu DES dan public-key encryption
- DES merupakan teknik untuk melakukan enskripsi dan deskripsi yang dikembangkan oleh IBM pada tahun 1970-an. Kunci yang digunakan berupa kunci privat yang bentuknya sama. Panjang kunci yang digunakan sebesar 64 bit. Algoritma yang digunakan mengonversi satu blok berukuran 64 bit (8karakter) menjadi blok data berukuran 64 bit. • Sistem DES yang menggunakan kunci privat memiliki kelemahan yang terletak pada keharusan untuk mendistribusikan kunci ini. Pendistribusian inilah yang menjadi titik rawan untuk diketahui oleh pihak penyadap.
- Ada kemungkinan bahwa seseorang yang tak berhak terhadap suatu informasi berhasil membaca informasi tersebut melalui jaringan (dengan menggunakan teknik sniffer). Untuk mengantisipasi keadaan seperti ini, alangkah lebih baik sekiranya informasi tersebut dikodekan dalam bentuk yang hanya bisa dibaca oleh yang berhak
- Studi tentang cara mengubah suatu informasi kedalam bentuk yang tak dapat dibaca oleh orang lain dikenal dengan istilah kriptografi. Adapun sistemnya disebut sistem kripto. Secara lebih khusus, proses untuk mengubah teks asli (cleartext atau plaintext) menjadi teks yang telah dilacak (cliphertext) dinamakan enskripsi, sedangkan proses kebalikannya, dari chiphertext menjadi cleratext, disebut dekrpisi.
- Untuk mengatasi kelemahan sistem kripto simetrik, diperkenalkan teknik yang disebut kriptografi kunci publik. Sistem ini merupakan model sistem kripto asimetrik, yang menggunakan kunci enkripsi dan dekripsi yang berbeda. Caranya adalah dengan menggunakan kunci privat dan kunci publik.
8. Kontrol terhadap Bencana
- Rencana pemulihan (recovery plan) menentukan bagaimana pemrosesan akan dikembalikan ke keadaan seperti aslinya secara lengkap, termasu mencakup tanggung jawab masing-masing personil.
- Rencana pengujian (test plan) menentukan bagaimana komponenkomponen dalam rencana pemulihan akan diuji atau disimulasikan
- Rencana darurat (emergency plan) menentukan tidakan-tindakan yang harus dilakukan oleh para pegawai manakala bencana terjadi.
- Rencana cadangan (backup plan) menentukan bagaimana pemrosesan informasi akan dilaksanakan selama masa darurat.
9. Kontrol Terhadap Perlidungan Terakhir
- Rencana pemulihan terhadap bencana.
- Asuransi.
10. Kontrol Aplikasi
Merupakan kontrol yang diwujudkan secara sesifik dalam suatu aplikasi SI. Wilayah yang dicakup oleh kontrol ini meliputi:
- Kontrol Masukan
- Kontrol Pemrosesan
- Kontrol Keluaran
- Kontrol Basis Data
- Kontrol Telekomunikasi
Metodologi Keamanan Sistem Informasi
Keamanan level 0
Keamanan fisik, merupakan keamanan tahap awal dari komputer security. Jika keamanan fisik tidak terjaga dengan baik, maka data-data bahkan hardware komputer sendiri tidak dapat diamankan.
Keamanan level 1
Meliputi database, data security, keamanan dari PC itu sendiri, device, dan application.
Keamanan level 2
Keamanan Network security. Komputer yang terhubung dengan jaringan sangat rawan dalam masalah keamanan, oleh karena itu keamanan level 2 harus dirancang supaya tidak terjadi kebocoran jaringan, akses ilegal yang dapat merusak keamanan data tersebut.
Keamanan level 3
Menyangkut information security, keamanan informasi yang kadang kala tidak begitu dipedulikan oleh administrator seperti memberikan password ke teman, atau menuliskannya dikertas, maka bisa menjadi sesuatu yang fatal jika informasi tersebut diketahui oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Cara mendeteksi suatu serangan atau kebocoran sistem Terdiri dari 4 faktor yang merupakan cara untuk mencegah terjadinya serangan atau kebocoran sistem :
1. Desain sistem
Desain sistem yang baik tidak meninggalkan celah-celah yang memungkinkan terjadinya penyusupan setelah sistem tersebut siap dijalankan.
2. Aplikasi yang Dipakai
Aplikasi yang dipakai sudah diperiksa dengan seksama untuk mengetahui apakah program yang akan dipakai dalam sistem tersebut dapat diakses tanpa harus melalui prosedur yang seharusnya dan apakah aplikasi sudah mendapatkan kepercayaan dari banyak orang.
3. Manajemen
Pada dasarnya untuk membuat suatu sistem yang aman/terjamin tidak lepas dari bagaimana mengelola suatu sistem dengan baik. Dengan demikian persyaratan good practice standard seperti Standard Operating Procedure (SOP) haruslah diterapkan di samping memikirkan hal teknologinya.
4. Manusia (Administrator)
Manusia adalah salah satu fakor yang sangat penting, tetapi sering kali dilupakan dalam pengembangan teknologi informasi dan dan sistem keamanan.
STRATEGI DAN LANGKAH PENGAMANAN
Strategi dan taktik keamanan sistem informasi yang dimaksud, meliputi:
1. Keamanan fisik
Siapa saja memiliki hak akses ke sistem. Jika hal itu tidak diperhatikan, akan terjadi hal-hal yang tidak dikehendaki.
2. Kunci Komputer
Banyak case PC modern menyertakan atribut penguncian. Biasanya berupa soket pada bagian depan case yang memungkinkan kita memutar kunci yang disertakan ke posisi terkunci atau tidak.
3. Keamanan BIOS
Untuk mencegah orang lain me-reboot ulang komputer kita dan memanipulasi sisten komputer kita.
4. Mendeteksi Gangguan Keamanan Fisik
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah pada saat komputer akan direboot.
Langkah keamanan sistem informasi
1. Aset
Perlindungan aset merupakan hal yang penting dan merupakan langkah awal dari berbagai implementasi keamanan komputer.
2. Analisis Resiko
Menyangkut identifikasi akan resiko yang mungkin terjadi, sebuah even yang potensial yang bisa mengakibatkan suatu sistem dirugikan.
3. Perlindungan
Melindungi jaringan internet dengan pengaturan Internet Firewall yaitu suatu akses yang mengendalikan jaringan internet dan menempatkan web dan FTP server pada suatu server yang sudah dilindungi oleh firewall.
4. Alat
alat atau tool yang digunakan pada suatu komputer merupakan peran penting dalam hal keamanan karena tool yang digunakan harus benar-benar aman.
5. Prioritas
Jika keamanan jaringan merupakan suatu prioritas, maka suatu organisasi harus membayar harga baik dari segi material maupun non material. Suatu jaringan komputer pada tahap awal harus diamankan dengan firewall atau lainnya yang mendukung suatu sistem keamanan.
Upaya melindungi sisstem informasi perlu ditindak lanjuti melalui pendekatan dari keamanan dan pada umumnya yang digunakan, antara lain:
- Pendekatan preventif yang bersifat mencegah dari kemungkinan terjadinya ancaman dan kelemahan
- Pendekatan detective yang bersifat mendeteksi dari adanya penyusupan dan proses yang mengubah sistem dari keadaan normal menjadi keadaan abnormal
- Pendekatan Corrective yang bersifat mengkoreksi keadaan sistem yang sudah tidak seimbang untuk dikembalikan dalam keadaan normal
Tindakan tersebutlah menjadikan bahwa keamanan sistem informasi tidak dilihat hanya dari kaca mata timbulnya serangan dari virus, mallware, spyware dan masalah lain, akan tetapi dilihat dari berbagai segi sesuai dengan domain keamanan sistem itu sendiri.
Dari domain tersebutlah isu keamanan sistem informasi dapat kita klasifikasikan berdasarkan ancaman dan kelemahan sistem yang dimiliki.Karena keamanan merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian sistem informasi, yang dimaksudkan untuk mencegah ancaman terhadap sistem serta untuk mendeteksi dan membetulkan akibat kerusakan sistem.
Demikian artikel mengenai Keamanan Sistem Informasi, semoga informasi yang diberikan bermanfaat.